“Allah menjanjikan
kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan
(mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn dan keridhaan Allah
adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS At Taubah [9]: 72)
Karena perbedaan visi dan
persepsi tentang arti kebahagiaan, masing-masing keluarga menggunakan
cara dan dan jalan yang berbeda dalam menggapai kebahagiaan
masing-masing. Sebagian keluarga menilai kebahagiaan dengan
prestasi-prestasi akademik. Maka, setiap keluarga dipacu untuk semangat
belajar dalam rangka mencapai cita-cita akademiknya. Sehingga berbagai
macam gelar bertengger pada nama-nama anggota keluarga ini.
Sementara keluarga yang lain menganggap melimpahnya harta dan
kekayaan dapat mengantarkan kepada puncak kebahagiaan. Maka, seluruh
anggota keluarga itu pun terinspirasi untuk merengkuh berbagai
pernak-pernik dunia seperti mobil mewah, rumah bak istana dan tampilan
ala selebritis.
Sebagian lagi, memandang jabatan dan kedudukan sebagai tolok ukur
kebahagiaan. Hidupnya terkuras hanya untuk meraih jabatan. Bahkan, tidak
sedikit yang menghalalkan segala cara demi meraih kedudukan dan jabatan
itu.
Lalu, apa
sih makna kebahagiaan keluarga yang sesungguhnya? Ayat di atas memberikan pemahaman, bahwa kebahagiaan yang hakiki dan
“keberuntungan yang besar”
adalah ketika kita dapat meraih surga di akhirat nanti. Hal ini
menuntut kita untuk mampu menjadikan seluruh lingkungan kita, termasuk
rumah kita menjadi taman-taman surga duniawi yang mampu menghantarkan
semua keluarga kita menuju taman-taman surga ukhrawi.
Agar terwujud Baiti Jannati
Mengacu dari ayat di atas dan dalil-dalil lain, ada beberapa tips agar kita bisa merealisasikan
Baiti Jannati, di antaranya:
Pertama: Mengenalkan Allah swt kepada penghuni rumah
Hal ini dilakukan dengan menerapkan
Tarbiyah Imaniyah (Pendidikan
Keimanan) kepada seluruh anggota keluarga sejak dini secara terpadu dan
kontinyu sehingga mereka manjadi pribadi-pribadi yang bertakwa yang
akan mewarisi surga. (lihat QS Ali Imran [3]: 133). Dan seluruh
aktivitas orang yang bertakwa bernilai ibadah dan berpahala. Maka,
dampak dari ketakwaan pun akan memancar dalam kehidupan keluarga.
Pancaran sinar keimanan ayah, ibu dan anak-anaknya memantul di seluruh
lorong-lorong rumah sehingga terciptalah ketenangan dan ketenteraman
jiwa, kenyamanan, keakraban, kedamaian dan keharmonisan hubungan
antaranggota keluarga. Bukankah rumah dengan situasi dan kondisi semacam
itu bak surga dunia?
Namun, suasana surgawi di rumah seperti itu hanya akan terwujud
manakala para penghuni rumahnya mengenal Allah swt dengan sangat baik.
Di sinilah barangkali rahasianya, mengapa ayat di atas diawali dengan
“Wa’adallah…” (
Allah menjanjikan…).
Jika ingin meraih surga (baca: kebahagiaan) di dunia dan akhirat, maka
harus dekat dengan Yang Menjanjikan dan Menciptakan surga, yaitu Allah.
Dan yang diberi janji pun bukan sembarang manusia, melainkan hanyalah
orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan.Tanpa iman, harapan menggapai surga duniawi dan ukhrawi hanyalah tinggal harapan, dan tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Kedua: Menciptakan Raudhah min Riyadhul Jannah (taman dari taman-taman surga) di rumah
Caranya dengan menghidupkan rumah dengan pengajian-pengajian, baik khusus keluarga maupun umum, dan
halaqah-halaqah dzikir (majelis-majelis
untuk meningkatkan intensitas dzikir kepada Allah). Memakmurkan rumah
dengan lantunan ayat-ayat Al Qur’an supaya tidak seperti kuburan
sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw,
“Jangan kalian jadikan
rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya syetan lari dari rumah yang
dibacakan di dalamnya surat Al Baqarah” (HR Muslim no. 1300).
Sesungguhnya kondisi seperti inilah yang disinyalir oleh Rasulullah sebagai
Raudhah min Riyadhi’l Jannah (taman dari taman-taman surga).
Beliau saw bersabda,
“Jika kalian melewati Riyadhul Jannah (taman-taman surga), maka bergabunglah!” Para sahabat bertanya, “Apa itu Riyadhul Jannah?” Nabi menjawab,
“Halaqah-halaqah dzikir ” (HR At Tirmidzi no. 3432).
Ketiga: Mengenalkan surga kepada keluarga
Termasuk menghadirkan surga di rumah adalah dengan mengenalkan surga
kepada keluarga. Mulai dari sifat surga dan kenikmatan pemandangannya
yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya,
dan belum pernah tergerak di hati. Pintu-pintunya yang berjumlah delapan
(lihat: HR An Nasaa’i no. 148), salah satunya bernama
Ar Rayyaan yang
khusus diperuntukkan bagi orang-orang yang rajin berpuasa. Derajat
surga, sungai-sungainya, anginnya, cahayanya, istana-istananya, pohon
dan buahnya. Amalan-amalan yang diganjar surga, tabiat dan karakter
jalan surga yang tidak bertaburan dengan bunga-bunga, melainkan penuh
dengan kerikil dan duri. Makanan, minuman dan pakaian penduduk surga,
dan
khadam (pelayan) mereka. Bagi mereka kemah yang terbuat
dari mutiara berlobang seluas 60 mil sehingga seorang mukmin
mengelilingi keluarganya hingga seorang dengan lainnya tidak dapat
saling melihat saking jauh dan luasnya (HR Bukhari IX/479 no. 2838). Dan
berbagai kenikmatan lain yang tiada terbilang dan tak ada yang
menandinginya (lihat secara lengkap dalam
Al Jannah wa’n Naar (Surga dan Neraka), DR Umar Sulaiman Al Asyqar, hal. 115-267).
Ayat di atas menerangkan sebagian kecil dari kenikmatan tersebut, yaitu
“surga yang dibawahnya
mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn.…”
Bahkan, di atas semua kenikmatan itu, masih ada yang lebih besar dan
lebih agung, yaitu keridhaan Allah swt sebagaimana dikatakan oleh Imam
Malik rahimahullah (lihat
Tafsir Ibnu Katsir III/38-39).
Dari Abu Sa’id Al Khudry ra berkata: bahwasanya Rasulullah pernah
bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman kepada penghuni surga:
“Wahai penghuni surga.” Mereka menjawab: “Baik, kami penuhi panggilan-Mu
wahai Rabb kami dan semua kebaikan ada di kedua tangan-Mu.” Lalu Allah
bertanya, “Ridhakah kalian?” Mereka menjawab: “Mengapa kami tidak ridha,
padahal Engkau telah memberi kami apa saja yang tidak Engkau berikan
kepada makhluk lain.” Allah lalu berfirman, “Maukah Aku beri kalian yang
melebihi semua itu?” Mereka menjawab, “Ya Rabb, apa sesuatu yang lebih
baik dari semua itu?” Allah menjawab, “Aku halalkan untuk kalian
ridha-Ku, maka Aku tidak akan murka terhadap kalian setelah ini
selama-lamanya” (HR Bukhari XI/363-364 dan Muslim no. 2829).
Dan puncak dari semua kenikmatan di surga adalah melihat Allah Yang
Maha Mulia. Dan tidak ada anugerah yang paling disukai oleh penghuni
surga selain melihat Rabbnya Yang Maha Berkah dan Tinggi (lihat HR
Muslim no. 181).
Ibnul Atsir
rahimahullah mengatakan, “
Rukyatullah (melihat
Allah) adalah puncak kenikmatan akhirat dan derajat/tingkatan yang
paling tinggi dari semua pemberian Allah yang istimewa…” (
Jaami’ul Ushul X/557).
Dalam kajian Sayyid Quthb
rahimahullah, bahwasanya hubungan
dengan Allah yang sekilas dan melepaskan diri dari cengkeraman daya
tarik dunia yang sesaat mendapatkan balasan beragam kenikmatan, lalu
ditambah lagi dengan ridha Allah yang menggelora dalam jiwa-jiwa mereka,
dan itu mereka rasakan tanpa terputus, maka pastilah
“itu adalah keberuntungan yang besar” (lihat
Fi Zhilal Al Qur’an III/1676).
Bahkan, jika perlu surga dan beragam kenikmatannya itu ditulis dan
dikemas dalam suatu poster yang ditempel di tempat yang menarik
perhatian di rumah, sehingga semua anggota keluarga selalu mengingatnya
dan termotivasi untuk menjadi penguninya. Maka, hal ini secara tidak
langsung dapat menjadi motivator dan stimulan dalam memproduksi banyak
kebajikan. Sehingga benar-benar
“Baiti Jannati, rumahku adalah surgaku“.